RIVIEW TENTANG
TAFSIR dan HADITS TARBAWI
A. KONSEPSI AL-QUR’AN DAN HADIST TENTANG MANUSIA.
1. HAKEKAT MANUSIA
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna bentuknya sebagaimana firman Alloh swt dalam (Q.S.95:4), yang artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” kemudian manusia diciptakan oleh Allah SWT dari dari saripati tanah sebagaiman firman Alloh dalam (Q.S. 40:67,) yang artinya “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemuian dari setetes air mani…”dan Q.S. 23:12)yang artinya “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati tanah” pada awal melalui proses penciptaannya, akan tetapi kemudian pada penciptaan manusia berikutnya Allah menjadikannya dari setetes air seni yaitu sperma Alloh telah berfirman dalam (Q.S. 23:13) yang artinya “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim)”
Hakikat wujud yang lain adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang mana perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan. dalam sabda Rasulullah SAW:
“Tiap orang dilahirkan membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani,, atau Majusi. ( Hadist riwayat Bukhari dan Muslim)”
Manusia punya banyak kecenderungan disebabkan oleh banyaknya potensi yang dibawanya, kecenderungan itu dapat dibagi dua :
1. Kecenderungan menjadi orang yang baik.
2. Kecenderungan menjadi orang yang buruk.
Manusia menurut Al-Syaibani, mempunyai kecenderungan beriman kepada kekuasaan tertinggi dan paling unggul yang menguasai jagad raya ini, dan merupakan kecenderungan manusia yang dibawa sejak lahir. manusia ingin beragama adalah keinginan yang meningkat mengikuti taraf pemikiran akal manusia, dan pada akhirnya akan mengakui Allah itu ada. Hakikat wujud manusia pada dasarnya terdiri dari :
A. Aspek jasmani yaitu, aspek yang terdiri dari seluruh anggota badan yang kelihatan dan dapat digerakan terutama panca indera seperti mata, telinga, hidung, mult,dan alat peraba ini semua dapat digunakan untuk mencari kehidupan duniawi dan ukhrawi.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Qashash ayat 77 : dengan arti yaitu “ Carilah kehidupan akhirat dengan apa yang dikaruniakan Allah kepadamu dan kamu tidak boleh melupakan urusan duniawi”.Tubuh yang kuat perlu dalam menjalankan kekuasaan, hati yang saleh serta pengetahuan yang luas dalam menjalankan kekuasaan tersebut.hal ini juga terdapat pada firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 168, dan Al-A’raf ayat 31-32. dengan makna tubuh yang sehat melalui indera amat penting fungsinya dalam memperoleh pengetahuan dan dalam menjalani kehidupan dunia.
B. Aspek akal yaitu, suatu organ tubuh yang penting untuk berpikir. Harun Nasution menerangkan ada tujuh kata pada Al-qur’an tentang hal ini : Nazara ( surat Qaf ayat 6-7), Tadabbara ( surat Shad ayat 29), Tafakkara ( An-nahl ayat 68-69), faqiha( surat Al-isra ayat 44), Tadzakkara ( surat An-nahl ayat 17), Fahima ( surat Al-anbiyaa’ ayat 78-79), Aqala ( surat Al-anfal ayat 22). dalam surah yang lain membahas tentang akal.
C. Aspek rohani yaitu, suatu organ tubuh manusia yang mendorong, naluri, dan kecenderungan, beragama, bermasyarakat, penghargaan, kedudukan dan pengetahuan serta teman hidup
Melalui ketiga aspek inilah merupakan satu kesatuan yang tidak biasa dipi
sahkan untuk menjalankan proses pendidikan secara kulitatif dan kuantitatif
2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PENDIDIKAN.
Konsep fitrah manusia yang berperan dalam pendidikannya, yang pada prosesnya ada campur tangan Ilahiyah (seperti dalam QS. Al-A’raaf ayat 71) yang manusia telah secara langsung mendapatkan pendidikan dari Allah SWT melalui kesaksian Rabbaniyahnua, dan untuk kelanjutan pendidikannya diserahkan proses pendidikan selanjutnya pada manusia itu sendiri. Hal ini kita lihat pada proses pendidikan tersebut bermula pada pengetahuan manusia untuk mengawali kehidupannya melalui pendidkan, agar dalam menjalaninya tidak ada penyesalan . dan untuk menjalani semua ini manusia harus ada kemampuan-kemampuan (potensi) untuk dapat dikembangkan menuju pembentukan manusia seutuhnya melalui
B. KONSEPSI AL-QUR’AN DAN HADIST TENTANG PENDIDIKAN.
3. MAKNA TARBIYAH, TA’LIM
Membahas masalah pendidikan dalam Islam, pendidikan menurut bahasa arabnya adalah dari kata “Tarbiyah”.dan kata Ta’lim Dari segi istilah Al-Tarbiyah berasal dari kata “ rabb”, kata ini mempunyai beberapa makna, yaitu tumbuh berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestariannya agar tetap eksistensi seperti terdapat pada Firman Allah SWT, QS. Ar-Ruum ayat 39. Ada juga kata rabb yang terdapat pada QS. Al-Fatihah ayat :2, yang mempunyai makna Tarbiyah, karena kata rabb ( Tuhan ) dan murabbi (pendidik) artinya bahwa Allah adalah pendidik yang agung bagi alam semesta (Al-Syaibani ). Melihat penjelasan diatas maka Al-tarbiyah terdiri dari empat unsur pendekatan yaitu,
A. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang baligh.
B. Mengembangkan seluruh potensi menuju sempurna.
C. Mengarahkan potensi untuk kesempurnaan.
D. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
Sedangkan kata Ta’lim mengandung arti ilmu atau orang yang memiliki ilmu,mengisya-
ratkan bahwa oarang yang memiliki ilmu agama terutama sering disebut Ulama artinya oarang yang mengajarkan ilmu.
Adapun firman Allah yang menjelaskan tenang konsepsi Al-Qur’an dan hadits tentang pendidikan atau tarbiyah dan ta’lim adalah (QS. : 30 : 29, QS.2 :276, 31-32,102 dan129, QS.7 : 164, dan QS. 3 : 48, 79, dan164.)
Dan ada juga yang mengatakan bahwa pendidikan berasal dari kata Ta’dib
Kata ta’dib didasarkan kepada hadist Nabi Muhammad SAW.
Yang artinya“ Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku. ( H.R. AL-Asykary dari Ali.R.a )
Kata “ Addaba” dalam hadist ini dimaknai Al-Attas sebagai mendidik dan dimaknai juga dengan, Tuhan ku telah membuatku mengenali dan mengakui dengan adab yang dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkanNya pada diriku, serta membimbing kearah pengenalan dan pengakuan, tempatNya dalam tatanan wujud dan kepribadian serta- sebagai akibatnya- Ia telah membuat pendidikanku yang paling baik[1]
4. HAKEKAT PENDIDIKAN.
Seorang anak manusia yang lahir dari rahim ibunya dalam keadaan lemah tanpa daya, segala macam potensinya belum berkembang. seiring dengan perjalanan waktu usia akan bertambah dan potensinya akan berkembang. firman Allah dalam QS.
An-Nahl ayat 78
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.”
Namun melalui proses belajar dengan mengikuti pola dan norma sosial, mengikatkan diri pada ideology dan sistem nilai, serta terlibat dalam aktifitas saling menukar pengetahuan dan pengalaman sehingga menjadi masyarakat yang beradab.
Pendidkan merupakan upaya memperlakukan manusia untuk mencapai sebuah tujuan. akan sangat manusiawi apabila mempertimbangkan kapasitas dan potensi yang terdapat pada manusia. pendidikan sering dikatakan sebagai usaha yang disadari oleh pelakunya untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. karena merupakan komponen yang paling penting dalam pendidikan. tujuan yang terpenting adalah “pendidikan akhlak”. hal ini sangat terkait dengan penyampaian Lukman Al-Hakim Ia menyatakan bahwa:” Hai anakku dirikanlah Sholat dengan tepat waktu sesuai dengan ketentuannya, syaratnya, rukunnya, lakukanlah amar ma’ruf nahi munkar sekuat tenagamu dan bersabarlah atas gangguan dan rintangan yang engkau hadapi selagi melaksanakan tugas tersebut.Janganlah engkau memalingkan mukamua karena sombong dan memandang rendah orang yang berada didepanmu. Dan janganlah berjalan dimuka bumi dengan angkuh, karena Allah sekali-kali tidak menyukainya orang yang membanggakan diri. dan hendaklah berlaku sederhana kalau berjalan jangan terlalu buru-buru dan jangan terlalu lambat atau malas. Bila berbicara lunakkanlah suarmu dan jangan berteriak-teriak tanpa ada perlunya, karena seburuk-buruk suara adalah suara keledai.”
Pemahaman proses pendidikan tidak akan sempurna tanpa ada pemahaman yang benar tentang tabiat manusia. sebab konsep dan perbuatan pendidikan dilator belakangi oleh konsep tentang tabiat manusia. Jadi sifat manusia menempati kedudukan penting dalam studi pendidikan yang berhubungan dengan tingkah laku manusia dan aspek moral pada individu.
Hakekat pendidikan pada intinya adalah menggali potensi yang dikaruniakan Allah SWT berupa akal dan fikiran. Jika manusia disentuh oleh pendidikan, maka usaha manusia untuk memanusiakan manusia akan terwujud. Dalam prosesnya perlu ditanamkan keteladanan dari pendidik kepada anak didik bukan dengan paksaan atau dengan kekerasan. Untuk melanjutkan pendidikan dalam pembelajaran diperlukan figure seorang pendidik yang berilmu, berwawasan, berakhlak, dewasa dan dihormati.
“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu.”
Tujuan ini akan tercapai antara lain melalui diskusi yang melibatkan akal fikiran, tutur kata yang menyentuh jiwa, serta kisah manusia yang baik dan diiringi dengan contoh yang baik dari pendidiknya.Manusia sebagai khalifah dibumi mengharuskan empat sisi yang saling berkaitan: pemberi tugas yaitu Allah SWT. Penerima tugas yaitu manusia secara individu atau kelompok. Lingkungan dimana manusia itu berada. Materi-materi penugasan yang harus dilakukan manusia.
C. KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF
AL-QUR’AN DAN HADIST.
5. TUJUAN PENDIDIKAN
Pendidikan Islam menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah, maka manusia adalah objek dan sekaligus subjek pendidikan yang tidak dapat bebas, karena diikat oleh nilai-nilai yang terkandung dalam hakikat penciptaannya. Tujuan adalah sesuatu yang dituju melalui usaha. dan berakhir bila tujuan tersebut telah tercapai. Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk kepribadian Muslim yang sempurna, berkepribadian, pada semua aspek dijiwanya dari ajaran Islam. Dasar pendidikan dihasilkan dari rumusan pemikiran dalam bentuk pandangan hidup dengan pertimbangan dapat memberi manfaat dan makna hidup bagi manusia.
Tujuan pendidikan Islam menurut Al-qur’an adalah mewujudkan fungsi manu-sia sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh pada aturan dan kehendak Nya ser-ta hanya mengabdi kepada Allah SWT. Firman Allah dalam QS. Az-zariat ayat 56
“Tidak Ku ciptakan jin dan manusia kecuali mengabdi kepada Ku.” ( Depag .RI)
Thabathabai menafsirkan ayat diatas cenderung sebagai tujuan penciptaan manusia. karena melihat muncul dari sisi Allah, bukan dari sisi makhluk.Sedangkan Ibnu Abbas menafsirkan ayat tersebut kepada substansi ibadah sebagai tanggung jawab manusia kepada Allah. Pada tafsir Fi Zilaliil Qur’an menjelaskan hakekat ibadah tercermin dalam masalah pokok berikut :
A. Mengokohkan konsep penghambaan kepada Allah dalam diri dengan mengokohkan perasaan bahwa ada Rabb dan hamba, dan hamba yang beribadah pada Rabb.
B. Menghadapkan diri kepada Allah dengan seluruh gerak hati pada anggota badan, dan gerak kehidupan. ( Sayyid Qutb, 2004 : 49)
Pengabdian ini digambarkan Nabi Muhammad SAW pada tampilan kemuliaan akhlak yang dimiliki hamba, sesuai dengan tugas utama Rasul yaitu membentuk akhlak yang mulia.“ Serta mampu memberi manfaat bagi kehidupan alam dan lingkungannya”
“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya .
( Hadist Muutafaq ‘Alaih )”
Tujuan pendidikan selanjutnya adalah mewujudkan fungsi manusia sebagai khalifah fil ardh. yaitu, mewujudkan kemakmuran dimuka bumi. terdapat pada QS.Hud ayat 61.
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan kamu sebagai pemakmurnya (
Tujuan pendidikan selanjutnya adalah mewujudkan kehidupan yang sejahtera didunia dan bahagia diakhirat.Menurut pakar pendidikan tujuan pendidikan adalah :
A. Untuk pembentukan akhlak yang mulia.
B. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
C. Persiapan untuk mencari rezeki dan memelihara manfaat yang dikenal dengan tujuan vokasional dan professional.
D. Menumbuhkan semangat ilmiah pelajar dan memuaskan keingintahuannya.
E. Memepersiapkan pelajar secara professional.
Adapun kriteria yang dapat diambil untuk melihat keberhasilan tujuan pendidikan Islam berdasarkan Al-qur’an adalah : insan kamil, mutawakkal, muttaqiin.
6. METODE DAN PENDEKATAN.
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa yunani “ metodos” maknanya adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan pendidikan Islam metode adalah jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada anak didik menuju sasaran yaitu pribadi Islami. selain itu makna lain adalah sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam. sehingga berkembang sesuai dengan perkembangan Zaman.[2]
Metode yang dipakai pada pendidikan Qur’an dikenal dengan istilah amtsal yaitu, membuat pemisalan, perumpamaan dan bandingan. Ibnul Qayyim menyatakan amtsal adalah menyerupakan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya.dan mendekatkan suatu yang abstrak dengan yang konkrit. dari defenisi diatas amtsal adalah mengumpamakan sesuatu yang abstrak dengan yang lain yang lebih konkrit untuk mencapai tujuan dari perumpamaan tersebut.Dari berlandaskan ayat Al-qur’an dan Hadist prinsip pengembangan metode Qur’ani adalah dengan prinsip:
A. Prinsip kasih sayang yaitu, sifat tulus yang ditampilkan dalam komunikasi harmonis antara pendidik dan anak didik.
B. Prinsip keterbukaan yaitu, penciptaan suasana dialogis pada pendidik dan terdidik.
C. Prinsip kesimbangan yaitu, keharmonisan pada kodrat fisik manusia yang berkualitas melalui amar ma’ruf nahi munkar.
D. Prinsip integralitas yaitu, keterpaduan dengan memandang anak didik mengikutsertakan pada suasan yang sedang terjadi (aktual).
7. MATERI PENDIDIKAN
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang harus disandarkan kepada Al-qur’an dan hadist dan menggali potensi yang ada pada manusia yang dikaruniakan Allah SWT berupa fikiran dan akal. Alam semesta adalah wilayah yang perlu dikaji dan menimbulkan hasrat untuk selalu mencari serta memahami. karena manusia semakin memahami maka akan semakin ingin mencari serta mengkaji untuk menghilangkan kebodohan sehingga dapat meningkatkan keimanan dan lebih bersyukur dan memaknai hidup lebih berarti.
Dalam suatu pendidikan ada hal pokok yang harus dikaji manusia dalam hubungannya dalam proses menuntut ilmu yang sering diistilahkan dengan materi pendidikan atau materi pembelajaran. Tujuan adanya materi ini adalah semata-mata untuk proses pendidikan lebih terarah, sistematis, mencapai tujuan yang telah ditentukan, memperoleh ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan guna memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.Allah memerintahkan mnusia untuk mempelajari ilmu-ilmu agama seperti firman Allah QS. At-taubah ayat 122.Yang artinya
“Tidak sepatutnya bagi mukmin itu pergi semuanya kemedan perang , mengapa tidak pergi dari sebagian mereka untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka dapat menjaga dirinya.”
Ilmu dapat diartikan pengetahuan yang diperoleh dalam pendidikan atau pengajaran, yang dikenal dengan materi pendidikan. Dilihat dari kategorinya ilmu dibagi pada dua yaitu: ilmu ma’rifat dan ilmu sains. Ilmu ma’rifat adalah yang diberi langsung pada manusia berupa wahyu, ilham. sedangkan sains dapat dicapai melalui penggunaan daya intelektual dan jasmaniyah.[3] Berdasarkan ayat dari atas maka materi pendidikan Islam antara lain adalah :
A. Ilmu akidah yaitu, diantaranya tauhid dan ilmu-ilmu yang lain berkaitan dengan ilmu ketauhidan.
B. Ilmu syari’ah yaitu, ilmu yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia dan hubungan pada lingkungannya.
C. Ilmu akhlak yaitu, tentang kemasyarakatan, cara pergaulan hidup manusia.
Maka seiring dengan perkembangan zaman dan tekhnologi tinggi umat Islam harus dapat menyesuaikan perkembangan tersebut dengan kemauan umat agar lebih ingin untuk mengembangkan kemauannya dalam meraih ilmu pengetahuan tersebut agar tidak terjadi ketertinggalan dalam perkembangan tersebut, dan mampu mengiringi nya dengan materi-materi yang tidak lepas dari tatanan agama. Larena dengan ilmu tersebut umat Islam dapat lebih tetap eksis dalam kehidupan yang lebih mandiri .
D. KOMPETENSI PENDIDIK
8. MELALUI ASMAUL HUSNA
Kata Al- Asma adalah bentuk jamak dari kata Al-Ism yang biasa diterjemahkan dengan “ Nama “ yang berakar dari kata Assummu, artinya ketinggian atau Assimah yang berarti tanda[4]. Sedangkan AL-Husna adalah bentuk Muannats dari kata Ahsan yang mengandung makna terbaik.
Al-qur’an memberikan uraian tegas sekaligus pedoman dalam rangka menjadikan Asma’ul Husna sebagai pendekatan muslim dalam bertindak dan berbuat dalam kehidupan.Dalam pembahasan sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna dalam surat Al-Fatihah terdapat sifat Allah yaitu Ar-Rahman dan Ar-Rahim (pengasih dan penyayang) , Al-Malik ( Raja atau Penguasa/ Pemilik ) makna Malik ini mengandung makna kekuatan, kesahihan yang artinya penguatan. Allah dengan Sifat Al-Malik Nya tidak dapat dikecam atas apapun yang dilakukanNya karena pertimbangan fikiran manusia tidak menjadi ukuran yang pasti terhadap perbuatan Allah,
Makna kata Ar-Rahman dan kata Al-Malik yang telah disimpulkan secara singkat, maka dapat kita kolaborasikan kepada dunia pendidikan , yaitu bahwa sesungguhnya Rahman dan Rahim Nya Allah SWT tidak hanya berlaku hanya pada manusia semata akan tetapi berlaku juga kepada makhluk Allah yang hidup di bumi, dengan mencurah kan kasih dan sayang satu dengan yang lainnya. Kasih sayang ini bentuknya dapat direalisasikan antara orang tua dalam pendidikan informal, kemudian antara pendidik dan anak didik dalam lembaga formal.
Pada pembahasan Sifat Allah ( Asma’ul Husna ) dalam firman Allah QS. Al-Hasyr. ayat 23-24. terdapat sifat yaitu : Al-Quddus ( Yang suci dan Murni dan penuh keberkatan ), As-Salam ( Allah Maha Esa terhindar dari kekurangan dan kepunahan), Al-Mu’min ( pemberi rasa aman ), Al-Muhaimin ( menangani dan mengawasi urusan makhluknya), Al-Aziiz ( Maha mengalahkan siapapun yang mengalahkanNya, tidak terkalahkan oleh siapapun ), Al-jabbar ( yang maha pemaksa dan maha perkasa ), Al-Mutakabbir ( keagungan dan kebesaran hanyalah milikNya ).Makna yang dapat difahami dari ayat ini adalah :
A. Kekuasaan itu hanya untuk dan milik Allah.
B. Orang-orang yang mengangkat musuh Allah sebagai pemimpin mereka tidak akan mendapatkan kekuatan.
C. Jangan bersedih karena sesungguhnya Allah bersama orang yang beriman.
Pada QS. A-Hasyr ayat 24 Allah mempunyai tiga sifat yang bergandengan seperti Al-Khooliqu, Al-Baari’u, Al-Mushawwiru.para ulama memaknai Sifat Allah tersebut sebagai pengaturan yang sangat teliti berdasarkan ukuran tertentu bagi peredaran benda-benda langit dan bumi artinya adalah menurut Imam Al-Ghazali dalam proses pembuatan, menangani serta memperhalusnya dan memperindah sekaligus dikerjakan oleh Allah SWT, tanpa kekurangan apapun dalam prosesnya
A. Dilihat dari kedudukan iman kepada Allah dapat dijadikan materi utama bagi perumusan tujuan pendidikan serta kurikulum dan aspek-aspeknya.
B. Dari segi fungsinya iman kepada Allah melalui Asmaul Husna, sebagai upaya meningkatkan pengembangan dibidang ilmu pengetahuan.
Harus disadari manusia disamping memiliki kebenaran, juga punya potensi untuk berbuat salah. atas hal ini maka manusia harus dapat membuka diri untuk berusaha mencari pengetahuan dengan semangat yang tidak bertentangan dengan nilai dan norma agama,
Apabila hal ini dapat terlaksana, adalah mustahil dalam kehidupan kita yang sudah serba rumit ini , tidak dapat teratasi. inilah harapan penulis karena setiap manusiamemiliki potensi untuk memiliki sifat seperti milik Allah, meskipun kepemilikan tersebut bersifat relative atau temporal, karena harus di maklumi sifat itu hakekatnya semata-mata pemberian dari Allah yang Maha memiliki. Amin Ya Rabbal ‘Alaamin.
E.ISU-ISU PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIP
AL-QURAN DAN HADITS
9.ILMU PENGETAHUN
Al-Qura’an merupakan kitab suci yang berisi tentang petunjuk dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, supaya ilmu pengetahuan yang ada didalam Al-Quran itu bisa di kembangkan untuk kepentingan manusia dan sekitarnya.
Al-Quran mendorong kita agar mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada didalam Al-Quran yang sesuai dengan petunjuknya ,ada beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits yang relevan dangan konteks diatas adalah (QS.Al-Mujadalah : 11 dan QS. At-Taubah : 122 .
Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu:berlapang-lapanglah dalam majlis,maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan untukmu,dan apabila dikatakan;”Brdirilah kamu”,Maka berdirilah,niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang –orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat,dan Alloh Maha Mengetahui apa yangkamu kerjakan .(QS.:58 : 11).dan
122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
Kemudian dalam HR : Abu Nu’aim dari Ibnu Abas.
Yang artinya : “Manusia yang paling dekat kepada derajat Nubuwwat ialah ahli ilmu dan ahli jahad.Adapun ahli ilmu,merekalah yangmenunjukan jalan kepada manusia apa yang dibawa oleh Rosul.Dan adapun ahli jihad,merekalah yang berjuang dengan pedang-pedang mereka, membaw apa dibwa oleh Rosul-rosul itu “
Jadi untuk mencapai derajat yang tinggi dihadapan Alloh swt.seseorang harus beriman yang dimanifestasikan dalam ibadah dan amaliah, juga berilmu pengtahuan alamiah dan ilmiah
10. ASPEK PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM IMAN
KEPADA HARI AKHIR.
Alloh telah berfirman dalam QS.al-Qof : 19 – 23 yang artinya :
19. Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.
20. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman.
21. Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi.
22. Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, Maka kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.
23. Dan yang menyertai dia Berkata : " inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku".
Jadi menurut QS.al-qof diatas menjelaskan bahwa segala perbuatan manusia dipantau terus oleh Allah sehingga hasil perbuatan di dunia nanti akan diketahui atau akan diperlihatkan kelak di akhirat.Kemudian jika di hubungkan dengan QS. Al-A’la : 14-17 bahwa manusia kelak di akhirat akan terbagi beberapa golongan bagaimana kadar keimanan dan amaliahnya.Maka keimanan terhadap hari akhirat akan terbentuk empat imlikasi pendidikan diantaranya:
1. Implikasi terhadap Pendidikan keimanan
2. Implikasi terhadap pendidikan akhlak atau perbuatan
3. Implikasi terhadap evaluasi pendidikan
4. Implikasi terhadap administrative pendidikan.
11. PEMBINAAN MASYARAKAT
Menganalisis ayat tentang pembinaan masyarakat QS.al-Hujurat : 9 dan 13 adalah bahwa manusia merupakan makhluk social yang tidak biasa lepas dari bantuan orang lain, dia hidup harus bermasyarakat karena manusia tak akan hidup dengan layak diluar masyarakat.Masyarakat sangat luas dan dapat meliputi seluruh manusia.Masyarakat terdiri atas berbagai kelompok secara sosiologis,menurut, S Nasution ( 1983:hal.60) yaitu
1. Kelompok primer : hubungan yang akrab seperti hubungan dengan keluarga,tetangga,dan teman sepermainan.
2. Kelompok sakunder : kelompok yang dibentuk atas prtimbangan tertentu berdasarkan kebutuhan.
Manusia pada dasarnya / hakikatnya adalah satu ,tidak ada perbedaan antara satudengan yang lainnya tidak perlu ada yang dibanggakan.Dan manusia yang memiliki kemuliaan dan dianggap bernilai adalah kerendahan hati berbudi pekerti luhur, ramah sopan santun taat kepada Ilahi (Al-Azhar : 2003 :6835 ).
Meldi Gholsani (2004 ,hal. 76-77 ) memberikan konsep dasar masyarakat islam yang ideal adalah masyarakat yang didalamnya terdapat hukum Tuhan menjadi hakim dalam semua masalah kehidupan.Akan terwujud keadilan,kesejahteran social, bertanggung jawab,membangun rasa persaudaraan dsb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar