“PembelajaranAkhlah di SMP”
oleh : Heti Indriawati
Pendahuluan
Dengan cepatnya perkembangan kemajuan dan paradigma peradaban manusia di awal abad ketiaga millenium ini diwarnai dengan ketidakpastian, maka hampir segala aspek kehidupan berbangsa , bernegara bahkan bermasyarakat, Maka dikembangkanlah kurikulum pendidikan Agama Islam ini. Dalam merespon itu, manusia berpacu mengembangkan pendidikan baik di bidang ilmu-ilmu social, ilmu alam, ilmu pasti maupun ilmu-ilmu terapan. Pada saat bersamaan muncullah sejumlah krisis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misal krisis politik, social ekonomi, hukum, etnis, agama, golongan, dan ras. Akibatnya peranan serta efektifitas Mata Pelajaran agama Islam “PAI”secara nasional di seluruh jenjang terlebih jenjang pendidikan SMP yang dianggap strategis dipertanyakan eksistensinya.
Untuk itu materi Akhlak yang merupakan bagian pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama Islam “PAI” yang lebih menitik beratkan pada tingkah laku dan perbutan amaliyah fisik disamping aspek-aspek lain. Dia diharapkan sebagai pemberi nilai spiritual terhadap berbagai aspek kehidupan sebagai sebuah refleksinya.
Setelah ditelusuri lebih jauh materi pelajaran akhlak menghadapi berbagai kendala, antara lain, alokasi waktu yang disediakan, materi akhlak lebih terfokus pada pengetahuan (Kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (apektif) serta pembiasaan (psicomotorik). Kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari di sekolah termasuk orang tua siswa di luar sekolah serta lemahnya sumber daya guru dalam mengembangkan pendekatan dan metode yang variatif.
Hakekat Mata Pelajaran Akhlak
Mata pelajaran akhlak yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam di SMP dikenal dengan istilah dalam silabus standar kompetensi tentang “Akhlak’ yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan berakhlak mulia / memiliki budi pekerti yang luhur yang beriman dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, latihan, penggunaan pengalaman, pembiasaan dan keteladanan.
Tujuan
Pendidikan akhlak merupakan bagian dari pendidikan agama Islam di SMP yang mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Menumbuhkan dan meningkatkan keimanan kepada Allah swt
b. Memberikan pengetahuan tentang cara-cara bergaul dengan keluarga ,masyarakat.
- Memiliki akhlakulkarimah dan budi pekerti yang luhur agar menjadi manusia yang islami serta mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Pengamalan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan menjalankan , disiplin dan tanggungjawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun kolektif.
Fungsi
Materi akhlak di sekolah lanjutan diharapkan mampu berfungsi
a. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran untuk berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi manusia yang bermanfaat.
b. Penanaman kebiasaan untuk melaksanakan budi pekerti yang sesuai dengan ajaran Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan prilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di sekolah terkait.
c. Pembentukan rasa kedisiplinan dan rasa tanggungjawab sosial di sekolah dan masyarakat.
d. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah peserta didik seoptimal mungkin yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
e. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan kegiatan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
f. Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi Akhlak di sekolah lanjutan tingkat pertama “SMP” adalah meliputi:
a. Hubungan manusia dengan Kholik Allah SWT.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia, dan
c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) di lingkungan sosialnya.
Adapun ruang lingkup materi/bahan pelajaran Akhlak di SMP adalah sebagai berikut :
a. Berlaku dengan sifat-sifat terpuji
b. Menghindari sifat-sifat tercela
c. Bertatakrama
Sumber Pembelajaran
a. Al-Qur’an dan terjemahannya.
b. Buku pendidikan agama Islam untuk SMP..
c. Buku-buku agama lain yang relevan.
Pendekatan Pembelajaran Akhlak
Pembelajaran akhlak dalam tatanan aplikasinya tidak bisa berdiri sendiri hanya berhubungan dengan masalah tingkah laku dan akhlakulkarimah,budi pekerti yang luhur dalam kehidupan sehari-hari, tetapi akhlak harus dilaksanakan dengan pendekatan terpadu yang meliputi:
- Keimanan(akidah), mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan mahluk.
- Pengamalan, mendorong peserta didik untuk mempraktekkan dan mengamalkan akhlakul karimah dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah kehidupan.
- Pembiasaan, mengkondisikan siswa untuk membiasakan sikap prilaku yang sesuai dengan ajaran Islam.
- Rasional, usaha memberi peranan pada rasio/akal siswa dalam memahami dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta kaitannya dengan hukum Islam.
- Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
- Fungsional, menyajikan materi yang ada manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti yang luas.
- Keteladanan, menjadikan figur guru agama Islam dan non-agama maupun orang tua peserta didik sebagai cermin manusia berkepribadian agamis yang melaksanakan hukum Islam secara utuh.
Penilaian
Pemebelajaran akhlak penilaiannya dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik berupa kompetensi sebagaimana yang tercantum dalam KBM pada setiap mata pelajaran pada umumnya. Penilaian berbasis kelas harus memperhatikan 3 ranah yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (apektif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketiga ranah ini sebaiknya dinilai secara proposional sesuai dengan sifat mata pelajaran yang bersangkutan.
Yang perlu diperhatikan dalam penilaian akhlak adalah prinsip kontinunitas, yaitu guru secara terus menerus mengikuti pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan siswa. Penilaian bukan hanya merupakan kegiatan tes formal, melainkan juga:
- Perhatian terhadap siswa ketika duduk, berbicara, dan bersikap.
- Pengamatan ketika siswa berada diruang kelas, tempat ibadah, dan ketika mereka bermain.
Dari berbagai pengamatan ini ada yang perlu dicatat secara tertulis tentang prilaku yang ekstrim/menonjol atau kelainan pertumbuhan yang kemudian harus diikuti dengan langkah bimbingan. Demikian terhadap pengamatan dapat berupa observasi, wawancara, angket, kuesioner, skala hidup, dan catatan anekdot.
Nilai
Setiap materi yang diajarkan guru kepada siswa apapun istilahnya, mengandung nilai-nilai yang terkait dengan prilaku kehidupan sehari-hari. Selain mengajarkan masalah akhlakulkarimah yang bersangkutan dengan aspek pengetahuan, ia juga aspek-aspek sikap. Misalnya cara bergaul dengan sesama manusia, dan bebuat baik dengan sesame makhluk Allah, sehingga peserta didik kelak mampu bersikap sebagai seorang muslim yang berakhlak mulia.
Proses Belajar Mengajar
a. Pengorganisasian Materi
Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas ataupun di luar kelas, hendak dipersiapkan sedini mungkin hal-hal apa yang harus dipersiapkan atau mengorganisasikan materi. Pengorganisasian materi adalah kegiatan mensiasati proses pembelajaran dengan perancangan/rekayasa terhadap unsur-unsur instrumen melalui upaya pengorganisasian yang rasional dan menyeluruh serta terukur. Kronologis pengorganisasian materi itu mencakup tiga tahap lagi atau yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Perencanaan meliputi:
1. Perencanaan persatuan waktu (proto dan prosen)
2. Perencanaan persatuan bahan ajar (dibuat berdasarkan satu kebulatan bahan ajar yang dapat disampaikan dalam satu atau beberapa kali pertemuan)
Pelaksanaan pembelajaran meliputi beberapa langkah, pendahuluan, penyajian, dan penutup. Sedangkan penilaian merupakan proses yang dilakukan secra terus menerus sejak perencanaan, pelaksanaan, dan setelah pelaksanaan pembelajaran per-pertemuan, satuan bahan ajar, maupun satuan waktu.
Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran hendaknya diikuti langkah-langkah strategis sesuai prinsip didaktik seperti dari mudah ke sulit dari sederhana ke kompleks, dan dari konkrit ke abstrak.
b. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa guna mencapai tujuan pembelajaran efektif dan efisien. Berdasarkan karakteristik materi “Akhlak” yang dari tiga rana yang ada lebih kepada rana pengamalan atau afektif, maka menurut hemat penulis metode yang sesuai adalah:
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Diskusi
4. Latihan bersana teman
5. Tutorial.
c. Media pembelajaran
Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Association of Education an Communication Technologi/AECT di Amerika memberi batasan bahwa media adalah “segala bentuk dan saluran yang digemakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi”, sedangkan Gagne (1970) menyatakan media adalah “berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. Sementara Buggs (1970) berpendapat bahwa media adalah “segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar”.
Dari beberapa batasan tentang media secara umum nampaknya media berarti “sesuatu yang mampu mengantarkan pesan dari penyampai ke penerima”. Penyampai dalam perspektif pendidikan berati guru dan penerima berarti siswa.
Media yang paling tepat dalam pembelajaran “Akhlak” adalah:
1. Taksonomi menurut Rudy Bretz. Dari tiga unsur pokok utama media lebih kepada media visual dan gerak.
2. Taksonomi menurut Gagne, dari tujuh jenis media yang disebutkan, nampaknya untuk pelajaran akhlak media “benda untuk didemonstrasikan, media cetak, gambar diam, gambar gerak”. penulis anggap paling tepat.
3. Menurut Edgar Dale dengan konsep “kerucut pengalaman” terdapat beberapa media penulis anggap paling tepat yakni :
a. pengalaman langsung
b. partisipasi
c. demonstrasi
d. simbol visual, dan
e. film
d. Model Pembelajaran
Albert Bandura menekankan belajar melalui fenomena model, dimana seseorang meniru prilaku orang lain yang disebut belajar yaitu belajar atas kegagalan dan keberhasilan orang yang pada akhirnya seseorang yang meniru dengan sendirinya akan matang karena telah melihat penagalaman-pengalaman yang dicoba orang lain.
Menurut pendapatnya seseorang berkembang dengan meniru suatu model. Misal guru mendemonstrasikan gerakan-gerakan ibadah sholat kemudian siswa menirukannya tanpa melalui proses.
Belajar model dapat dilakukan dengan melalui fase-fase yaitu fase perhatian (attentional phase), fase retensi (retention phase), fase reproduksi (reproduktion phase), dan fase motivasi (motivase phase)
Penutup
Materi akhlak adalah materi yang merupakan bagian dari pendidikan agama Islam di SMP di samping al-Qur’an, akidah, fiqih, dan sejarah. Di sekolah-sekolah yang bercirikan agama “MI, MTs, dan Aliyah” mata pelajaran akhlak berdiri sendiri.
Mata pelajaran akhlak lebih menitik beratkan pada aspek amaliyah tingkah laku daripada non-fisik. Karena itu menentukan metode dan model pembelajaran pun haruslah yang memiliki relevansi akan karakter materi tersebut. Disamping aspek di atas diharapkan amaliyah tingkah laku dan akhlakul karimah memiliki nilai-nilai spiritual yang mampu terfleksikan amalan-amalan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
· Prof. R.H.A. Sunarjo, S.H. 1971. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakrta : --------
· Drs. H. Martinis Yamin, M.Pd. 2007. Profesionalisme Guru & Implementasi KTSP. Jakarta : Gaung Persada Press.
· Dr. Arif S. Sadiman, M.Sc, dkk. 1984. MEDIA PENDIDIKAN “Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya”. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
· Dr. Ahmad Tafsir. 2004. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
· Prof. Dr. S. Nasution, M.A. 1985. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung : Jemmars
· Dr. Wayan Nurkancana dkk. 1983. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar